Akhirnya, menjadi seorang Auditor Kepegawaian

Auditor Kepegawaian (Audiwan) adalah PNS yang memiliki tugas dan wewenang dalam hal pengawasan dan pengendalian pegawai sesuai peraturan perundangan di bidang kepegawaian. Dengan dibina langsung oleh BKN, diharapkan audiwan dapat menjadi "mata dan telinga" dalam manajemen kepegawaian di suatu instansi pemerintah. Peran "mata dan telinga" tersebut diartikan dalam penegakan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NPSK) Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).

Berikut beberapa Regulasi mengenai Audiwan:
  1. PermenPAN dan RB Nomor 40 tahun 2012 tentang JFT AUDIWAN dan AK nya. download  | lampiran
  2. PerKaBKN Nomor 4 tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Audiwan | download
  3. PerKaBKN Nomor 2 tahun 2014 tentang Juknis Pelaksanaan Penyesuaian / Inpassing | download
  4. Surat Kepala Pusbinjak BKN Nomor CV 26-30/V 15-10/99 tanggal 5 Pebruari 2015 perihal Pemberdayaan dan Penempatan Audiwan di instansi pengawasan | download
  5. PerKaBKN Nomor 18 tahun 2015 tentang Standar Audit Manajemen Kepegawaian | download

Diharapkan dengan adanya jabatan Audiwan ini, nantinya dapat menghentikan dan mencegah kesalahan yang sering terjadi dalam organisasi di bidang kepegawaian, dan mendapatkan cara-cara yang lebih baik dari yang sudah dilakukan, memberikan jalan keluar, serta meningkatkan kinerja organisasi yang pada ujungnya mampu mewujudkan clean government. Semoga

Bagaimana kabar kalian para Stater?

Alumni Mahasiswa Statistika Universitas Brawijaya

Tidak sengaja dapat file excel yang berisi nama-nama teman Statistika Universitas Brawijaya Angkatan Tahun 2001. Jadi kangen dengan suasana kumpul dan gerombol waktu kuliah dulu.

No NIM Nama
1 0110950003 ACHMAD ZAINUL WAFAH
2 0110950005 AIRUDIN AHMAD HABIBI
3 0110950006 ANNA RULLY HARIYANTI
4 0110950007 ARI IRAWATI

Anakmu, bukanlah anakmu...

Anakmu, bukanlah anakmu...Sebuah lirik Kahlil Gibran yang memang begitu "ideologis" dan sebetulnya sulit untuk dilaksanakan.
Menjalankan peran sebagai "ayah emosional", "ayah sosial", dan "ayah spiritual".
Sebuah pernyataan yang tidak menuntut tanggapan ataupun jawaban, melainkan tindakan dan keteladanan.
Andai saja setiap ayah punya kesempatan untuk membacanya. Yuk mari kita nikmati liriknya:

Ketika anak mengeluh tentang kesabaran

motivasi untuk sabar Mungkin anak anda pernah mengeluh saat kita suruh untuk bersabar? Saat kita suruh untuk belajar dengan rajin agar tidak menyontek saat ujian? Saat kita suruh untuk membantu pekerjaan rumah? Ada baiknya anda melihat dan menyimak artikel tentang sabar berikut. Artikel Ketika anak mengeluh tentang kesabaran cukup membantu dalam memotivasi anak untuk tetap berjuang dalam kesabarannya. 

Seorang anak mengeluh pada ayahnya: “Aku cape, sangat cape. Aku belajar mati2an sedang temanku dgn enaknya menyontek. Aku mau menyontek sajalah! 

Aku cape krn hrs terus membantu ibu, sedang teman2ku punya pembantu.
Aku cape krn hrs menabung, sedang teman2ku bisa terus jajan tanpa hrs menabung.
Aku cape krn hrs menjaga lidahku, sedang teman2ku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku cape ayah, cape menahan diri…Mereka terlihat senang! Aku ingin bersikap seperti mereka ayah!” sang anak mulai menangis.


Sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya: “Nak, ayo ikut ayah.”

Memberi nasehat atau saran saat diminta

Memberi nasehat atau saran saat diminta
Hidup pasti penuh dengan masalah

Menurut anda, memberikan nasehat atau saran saat diminta saja adalah hal yang ANEH?
Tidak. Sebab kenyataannya banyak orang memberi nasehat atau saran kepada orang lain yang bercerita tentang masalah yang dihadapi. Padahal, dia tidak bermaksud meminta nasehat atau saran. Hal ini semata-mata banyak orang yang kurang memahami aspek kejiwaan orang lain. Sehingga muncullah kebiasaan buruk yang seharusnya tidak perlu terjadi. “Tidak meminta kok diberi”.

Lalu, Kenapa orang menceritakan masalahnya tetapi tidak meminta nasehat atau saran kepada Anda?

Antara lain:

Koreksi atas Doa-Doa kita

Koreksi atas Doa-Doa kita
Doa yang kupanjatkan ketika aku masih gadis:
“Ya Allah beri aku calon suami yang baik, yang sholeh. Beri aku suami yang dapat kujadikan imam dalam keluargaku.”

Doa yang kupanjatkan ketika selesai menikah:
“Ya Allah beri aku anak yang sholeh dan sholehah, agar mereka dapat mendoakanku ketika nanti aku mati dan menjadi salah satu amalanku yang tidak pernah putus.”

Doa yang kupanjatkan ketika anakku lahir:
“Ya Allah beri aku kesempatan menyekolahkan mereka di sekolah Islami yang baik meskipun mahal, beri aku rizki untuk itu ya Allah….”
Doa yang kupanjatkan ketika anakku sudah mulai sekolah:
“Ya Allah….. jadikan dia murid yang baik sehingga dia dapat bermoral Islami, agar dia bisa khatam Al Quran pada usia muda.”
Doa yang kupanjatkan ketika anakku sudah beranjak remaja:
“Ya Allah jadikan anakku bukan pengikut arus modernisasi yg mengkhawatirkanku. Ya Allah aku tidak ingin ia mengumbar auratnya, karena dia ibarat buah yang sedang ranum.”
Doa yang kupanjatkan ketika anakku menjadi dewasa:
“Ya Allah entengkan jodohnya, berilah jodoh yang sholeh pada mereka, yang bibit, bebet, bobotnya baik dan sesuai setara dengan keluarga kami.”
Doa yang kupanjatkan ketika anakku menikah:
“Ya Allah jangan kau putuskan tali ibu & anak ini, aku takut kehilangan perhatiannya dan takut kehilangan dia karena dia akan ikut suaminya.”
Doa yang kupanjatkan ketika anakku akan melahirkan:
“Ya Allah mudah-mudahan cucuku lahir dengan selamat. Aku inginkan nama pemberianku pada cucuku, karena aku ingin memanjangkan teritoria wibawaku sebagai ibu dari ibunya cucuku.”

Ketika kupanjatkan doa-doa itu, aku membayangkan Allah tersenyum dan berkata…..

“Engkau ingin suami yang baik dan sholeh sudahkah engkau sendiri baik dan sholehah? Engkau ingin suamimu jadi imam, akankah engkau jadi makmum yang baik?”